Errrr, bukan Anggun C. Sasmi, hehe. Anggun yang ini adalah seorang gadis kecil berumur lima atau enam tahun. Tentu sekarang umurnya sekitar dua puluh-an tahun, kira-kira sebaya dengan saya. Saya ingat, saya bertemu dengan gadis kecil itu di saat kamu masih duduk di bangku taman kanak-kanak sekitar satu setengah dekade yang lalu. Rumah kami pun tidak terlalu jauh, hanya berbeda sekian blok saja. Saya lupa, entah ayahnya atau ibunya, yang jelas mereka juga merupakan keluarga TNI AL -- sama seperti keluargaku saat itu -- yang sedang bertugas di Sorong, Irian Jaya (sekarang Papua Barat).
"Lalu kenapa tiba-tiba cerita tentang si Anggun ini?"
Jadi begini, tadi saya sedang iseng-iseng browsing tentang nama-nama bandara utama di tiap provinsi di Indonesia. Mulai Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Aceh hingga Bandar Udara Sentani di Jayapura. Namun ada satu yang cukup menarik perhatian saya: saya menemukan (kembali) nama "Jeffman" di yang dulu merupakan gerbang utama Kota Sorong melalui udara. Berhubung saya pernah menjejakkan kaki di sana, saya pun tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Bandara Jeffman ini. Lalu saya menemukan sebuah tulisan di sebuah blog di mana sang penulis menceritakan tentang pengalamannya mendarat di Jeffman Airport, dan ceritanya membuat saya kembali mengingat kenangan masa kecil saya di Sorong lima belas tahun yang lalu.
Peta Papua Barat dan Lokasi Kota Sorong serta Bandara Jeffman |
Saya akan ceritakan sedikit tentang masa kecil saya di sana, karena ini ada kaitannya dengan si Anggun itu.
Jadi sebagai seorang pendatang, pada awalnya saya sempat merasa kaku di sana. Saya masih TK nol kecil di Jakarta, lalu pergi bersama bunda dan adik perempuanku menyusul sang ayah yang sedang bertugas di Markas Besar (Mabes) TNI-AL Sorong. Sesampainya di sana, saya melanjutkan TK nol besar di taman kakak-kanak yang terletak di depan pantai dan bersisian dengan Mabes AL tempat ayah saya bekerja. Rasanya agak aneh bergaul dengan teman-teman baru: mereka orang Irian yang belum banyak terpapar modernisasi dan saya anak kota metropolitan baru pindah ke kota kecil, bisa dibayangkan adanya "culture shock" kala itu. Apalagi saya tidak bisa berbicara bahasa Irian, membuat saya merasa semakin asing di antara mereka. Namun itu tak berlangsung lama. Setelah beberapa hari, akhirnya saya dan mereka bisa saling klop tanpa ada batasan-batasan. Saya pun mulai bisa beradaptasi dengan bahasa Indonesia beraksen Irian, dan mulai mengerti banyak perbendaharaan kata dalam bahasa lokal. I enjoyed playing with them!^^
Kami semakin akrab dan bermain bersama-sama, dan suatu hari saya bertemu dengan dia: Anggun. Kami kenalan, dan dia sudah lebih lama tinggal di Sorong daripada saya. Ternyata ibunya (atau ayanya ya?) juga bekerja di Mabes AL dan berasal entah dari Surabaya atau Semarang, pokoknya dari Jawa. Setelah kami kenalan kami jadi sering pulang bareng ke mabes untuk selanjutnya diantar pulang dengan orangtua masing-masing. Kadang ibunda saya "sungkem" ke rumah ibunya Anggun (kalau saya tidak salah namanya Bu Eva). Kita nonton TV bersama-sama dan main kejar-kejaran ala anak kecil. Anggun punya adik yang masih bayi, dan kami pernah main ayah-ibu dan adiknya menjadi anak kami (oh yap we did play it, hahaha), dan tidak lupa berantem bersama, hehe.
Kalau boleh kubilang, Anggun adalah teman akrab saya yang pertama. Saya tak ingat punya teman akrab sebelum dia.
Good bye |
Lalu setelah tamat TK, kami menjadi jarang bertemu karena kami didaftarkan ke SD yang berbeda. Dan tak lama kemudian keluarga mereka pun pindah. Sampai sini saya kehilangan ingatan saya, entah mereka pulang kembali ke Jawa, pindah tugas, atau hanya sekedar pindah rumah. Yang jelas di mabes pun seingat saya kami tak pernah bertemu lagi. Ya, saya kehilangan sahabat saya yang pertama. Dua caturwulan saya lalui di sebuah SD di pusat kota Sorong, dan di akhir tahun 1996 saya kembali ke Jakarta dengan ibunda, adik perempuan, dan adik laki-laki saya yang ketika itu baru berumur sekian bulan. Ayah saya menetap di Sorong; beliau mengantarkan kami ke Jeffman (lagi) dan terbanglah kami menuju ibukota dengan sebuah Fokker F-100 Pelita Air Service.
Seiring deru mesin jet pesawat mengudara, kenanganku akan Anggun pun tertinggalkan waktu...
Terlebih ketika aku menghabiskan masa kecilku di Jakarta, bertemu dengan teman-teman baru dan sahabat-sahabat baru. Kenanganku akan sahabat kecilku semakin tertimbun. Sampai akhirnya hari ini, memori itu kembali ke permukaan.
Aku menjadi penasaran, apakah dia baik-baik saja, di manakah dia tinggal sekarang, secantik apa dia sekarang, apakah dia masih ingat saya, dan bla bla bla yang membuat saya jadi tersenyum sendiri dan mencurahkannya melalui keyboard.
Mungkinkah kami bisa bertemu lagi? Entahlah. Harusnya bisa, setidaknya untuk mengontak dia di zaman teknologi seperti ini. Hanya saja dengan mengingat nama "Anggun" saja tidaklah banyak membantu. Ada banyak ribuan "Anggun" di luar sana dan aku tak taju bagaimana membedakan mana Anggun yang pernah tinggal di Sorong dan satu TK denganku. Wallahualam, jika memang kami digariskan untuk bisa bertemu lagi, saya menantikan saat itu, saat dua orang teman kecil kembali dipertemukan.
Wherever you are, I wish you are fine and happy. Though we can meet again, I'd be glad if you still remember me. Take care yourself, my little friend :')
I'll wait for it... |
_____________________________
Sekedar update, kemarin pas saya pulang ke Jakarta, saya ngobrol2 sama bunda. Bunda saya bilang, seingat beliau si Anggun ini sekarang kuliah di Surabaya, kalau ga salah katanya jurusan keperawatan atau kedokteran gitu, bunda juga lupa2 inget katanya, hehehehe. Setidaknya sekarang udah tau deh doi lagi ada di mana.
Hei you yang ada di Surabaya, kabarin ya kalo ketemu Anggun, hahaha :P
No comments:
Post a Comment