Tentang Saya

My photo
Seoul, 서울특별시, South Korea
Seorang bocah penggemar balapan Formula 1 dan sepak bola, sedari kecil menyukai dunia penerbangan dan terbang dengan pesawat. Saat ini sedang menunaikkan misi pendidikan sarjana di Seoul National University, Korea Selatan, dengan jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea. Memiliki ketertarikan pada fotografi dan wisata, juga bermimpi untuk bisa keliling dunia, baik sebagai seorang backpacker dengan dana secukupnya dan juga sebagai seorang high-end traveller berduit segudang.

Friday, May 27, 2011

SNU IFF 2011

Sebagian dari perwakilan Indonesia di IFF
Bukanlah sebuah hal yang sulit untuk menemukan festival makanan di universitas-universitas yang ada di Korea, terutama universitas2 yang tergolong besar dan terkenal, dan tentunya memiliki jumlah mahasiswa asing yang bisa dibilang banyak. Dan salah satunya adalah Seoul National University (SNU) tempat saya bernaung sekarang, hehehe. Civitas SNU memang sebagian besar didominasi oleh penduduk lokal (baca: orang Korea, hehehe), tapi jangan salah, di sini orang asingnya juga bisa dibilang bejibun! Engga cuma mahasiswa2 dari negara tetangganya Korea seperti Cina, Jepang, dan Mongolia, tapi orang2 asing di SNU juga datang dari negara2 seperti Amerika Serikat, negara2 Eropa, lalu Amerika Latin, diikuti sama orang2 dari Eropa dan Australia, terus gak ketinggalan juga orang2 dari Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, ngesot dikit ke Timur Tengah dan juga Afrikano seperti Mesir, Nigeria, dan juga Zimbabwe. Terus ada juga orang2 Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan tentunya para mahasiswa keren dan caem dari Indonesia (yeeeeey!) :D Oke, kembali lagi ke topik awal. Dengan meng-"global"-nya mahasiswa di sini, bisa dipastikan minimal satu tahun sekali selalu diadakan apa yang dinamakan International Food Festival, yang di SNU disingkat menjadi IFF. Dan di IFF tahun 2011 ini, kontingen juru masak dari Indonesia turut serta meramaikan festival ini.


IFF Venue (latar belakang SNU Administration Building)
IFF Venue (Latar belakang: Gunung Gwanak
Keramaian di IFF Venue
Group music performance pada tanggal 24 (hari pertama)
Diadakan di hamparan lapangan rumput di depan SNU Administration Building (istilah anak kampusnya: rektorat SNU, hehe), IFF 2011 ini berlangsung selama dua hari (rabu, 2011.05.25 sd. kamis 05.26) plus satu hari festival (selalsa, 2011.05.24) yang diisi oleh mahasiswa lokal yang jualan berbagai camilan Korea dan minuman beralkohol seperti soju dan makkeolli (ini mah di mana2 pasti selalu ada deh, zzz) da juga group music performance.

Kuponnya. Gak mau rugi, kupon tahun lalu sepertinya dipakai lagi oleh panpel
Semua warga SNU (dan bahkan kalau anak2 kampus lain mau dateng juga gak papa) bebas ikutan di festival ini. Tinggal dateng aja ke lapangan utama, dan di sana akan ditemukan tenda2 yang menaungi para kontingen yang sedang masak2, hehe. There's no entrance fee, cukup beli kupon yang selembarnya berharga 1.000 won yang bisa didapatkan di loket terdekat, dan abis itu tinggal datang ke stand negara yang diinginkan, tunjuk menu, dan tadaaa! Seporsi makanan luar negeri bisa Anda dapatkan! :D

Anyway, tim masak Indonesia turun tangan di H2 dan H3, alias tampil full di semua hari IFF-nya diadakan. Dikomandani oleh Ria -- yang didaulat menjadi ketua perhimpunan mahasiswa Indonesia di SNU -- dan Chef Viko plus Chef Latipah, tim Indonesia berjuang dua-malam suntuk untuk menyiapkan makanan terbaik untuk disajikan di festival. Ini engga main2 nih, soalnya bawa nama Indonesia juga. Kalau makanannya gak enak, bukan gak mungkin akan muncul selentingan bernada negatif terhadap makanan Indonesia, hehehe.

Percobaan bikin siomay
Indonesia menjadikan Mie Goreng spesial dan siomay sebagai menu utama di Day 1 IFF. Tadinya kami mau bikin sate dan barang2nya malah udah disiapin, tapi ternyata keduluan sama tim Malaysia yang udah mendaftarkan menu itu ke panitia (yah, walaupun makanan itu sebenarnya maknan asli dari Madura, hehe). Yah, daripada terjadi keretakan dimari, plus mereka udah daftar duluan, gak ada jalan lain buat kita untuk memikirkan senjata ampuh lainnya ;P

Suasana di markas saat masak2 H-1
Buat kami, Day 1 IFF udah mulai dari hari Selasa tanggal 24-nya: masak2! :D Setelah menunya ditentukan, hari itu juga kami pada gubrang-gambrung deh nyiapin bahan, pada pergi ke pasar, ada yang pesan via internet, and soon and soon. Malam harinya kami berkumpul di kediaman Bang Refli&Mbak Lila di SNU Family Dormitory buat masak. Dimulai sekitar pukul 10-an, masak2 berjalan lancar walaupun berantakan, hehehe. Mie goreng berjalan lancar, gampang itu. Tapi sayangnya, siomaynya gatot: gagal total! +_+

Adonan siomay yang gagal total
Usut punya usut, tepung yang dipakai itu gak semantap tepung yang ada di Indonesia, jadinya itu siomay keras bin alot. Rasanya sih gak parah2 amat, tapi kalau keras gitu mah orang juga jadi malas makannya. Udah gitu ikannya juga kayaknya gak segar2 amat, jadi rasa ikannya juga gak nampol, hehehe. Adonan siomaynya udah diubek2, ditambahin ini itu, and it was a DISASTER!. Eaaaa. Ujung2nya kami pasrah menerima nasib kalau menu utamanya gak akan maju, huaaaaah T_T

Dari siomay hingga bakwan isi tahu
Untung aja orang Indonesia pinter. Adonan yang masih bersih (yang belom dicampur macem2) akhirnya diubah jadi adonan bakwan, dan tadaaa! Diputuskan kalau besok kami akan bikin bakwan dan bala2 yang disajikan dengan bumbu pecel. Harga pun ditetapkan: mie goreng 2000 won per porsi dan bala2/bakwan 1000 won per dua biji :D Semua selesai diputuskan, kami pun langsung masak, dan gara2 ada episode tragedi siomay tengah malam itu kami baru kelar saat matahari udah terbit. Kalau Sangkuriang mah udah gagal ini, hahahaha. Sangkuriang nendang batok pas tahu matahari terbit. Karena kami gak punya batok dan adanya cuma kuali berisi solar minyak panas, kami pun urung buat nendang itu. Salah2 malah ada yang jadi bakwan nanti, hahahahah :P Anyway, saya sama Mbak Latipah cabut jam 2 pagi. Saya masih belum sehat banget dan paginya berencana kelarin tugas.

Bakwan yang separuhnya udah saya makan, hehe
Masih sepi
Makin siang makin rame
Di hari H-nya, acara dimulai jam 10, saya dateng ke venue-nya jam 1:55 siang, padahal jam 2-nya ada kelas, hiaaaaah! Ini gara2 ngerjain tugas dari bangun sampai siang. Karena belom makan siang, dan kelas bakalan sampai jam 5 lewat, akhirnya di stand Indonesia saya nyomot seporsi mie goreng dan sepasang bakwan super, makan dalam waktu 5 menit, trus langsung cabut ke kelas *telat 10 menit! Hahahahah :P Btw, di D1 IFF itu, kami sukses mencapai BEP dan juga (nyaris) sold out. Sepasang bakwan yang tersisa akhirnya mendarat di perut saya, ehehehe :P

Ada orang Korea yang jualan mie goreng juga =_=
Foto dengan kawan2 Pakistan
Btw, di D1 ini, selain Indonesia, negara2 lain yang ikut serta di festival ini ada Cina dan Bangladesh (stand-nya tetanggaan dengan kami), lalu ada Mongolia, Malaysia, Vietnam, Pakistan, dan  Polandia. Yang saya liat sih itu aja. Gak muter2 sih soalnya. Tapi yang jelas, di seberang stand Indonesia, ada juga yang jual mie goreng lho! Yang jualan orang Korea, dan dulu dia pernah tinggal di Jakarta selama 2 tahun. Saingan deh. Tapi mie goreng kami lebih spesial. Mereka cuma bikin mie goreng to. Kami pakai sayur :D
Bakso - menu utama hari kedua
Selesai D1, kami gak langsung pulang. Untuk membuat variasi menu, di D2 kami memutuskan untuk bikin bakso, ayam tumis bumbu pecel, dan es cendol. Saya kebagian tugas ke pasar buat beli bahan2 untuk bikin cendol, dan Ria si ibu ketua dan Viko si koki ke Itaewon buat beli bakso dan daging ayam. Mbak Lat koki satunya lagi udah siap menunggu di markas (baca: kediaman Bang Refli dan Mbak Lila).

Kondisi markas ketika persiapan Day 2
Setelah makan malam jam 9 *kelewat malam itu kalau di sini +_+* kami langsung mulai masak. Setelah bagi2 tugas, saya kebagian jadi tukang gorengan, hahahaha. Yes, saya bener2 jadi tukang gorengan. Kalau ada yang mau digoreng, temen2 langsung pada panggil, "Da, goreng." hahahaha :DD

Oh iya, di malam menjelang D2 ini, lagi2 ada episode gagal total lagi, dan kali ini takdir memilih cendol sebagai peserta yang tereliminasi, hiahahahahah. Bakso dan ayam gorengnya OK, cendolnya gagal kebentuk. Entah karena airnya kurang dingin, atau karena (lagi2) emang tepungnya yang gak mantep, akhirnya bahan untuk cendolnya diubah jadi bubur sumsum, hahahahaha *kreatif! :P Kali ini saya pulang jam 1 karena paginya ada kelas, dan katanya sih kali ini gak jadi Sangkuriang lagi, hahahaha.
Bakso!
Bubur sumsum dan goreng ayam
Bu ketua sedang melayani pembeli
Di D2, kami lebih produktif. Menunya banyak dan harga yang dipatok itu 3000 won per menu. Gak sampai 3/4 hari, ayam goreng bumbu pecel udah sold out. Supaya duit bisa terus berputar, kami angkut satu boks indomie sisa kemarin buat bikin mie goreng lagi, dan sampai acara selesai plus kokinya bonyok, mie goreng juga habis. Bakso juga habis. Sisa bubur sumsum akhirnya dibagiin ke stand tetangga, dan mereka juga kasih makanan mereka sebagai timbal balik *padahal kami berniaat bagiin krn kalau sisa bubur sum2 itu dibuang kan mubazir. 

Gelar tikar sambil icip2 makanan asing
Dengan makanan yang laris manis ini dan hasil kerja keras para koki dan penjaga stand dari jam 11 sampai jam 6, kami sukses menghasilkan lebih dari 200 ribu won (wow yeaaaaah!). Ditambah yang kemarin itu, totalnya jadi 300-an ribu won, sadiiiis :D Tapi setelah hitung2, buat tutup modal dan biaya pendaftaran, plus 25% uang tsb dijadikan charity, ujung2nya ternyata labanya gak terlalu besar. Tapi at least dengan adanya laba (plus failure2 yang terjadi selama masak, zzzz), bisa dibilang acara kami sukses dong! :DD

Sebagian dari tim sukses
Keren banget dah emang orang kita ini. Hahahaha. Mungkin kalau di Indonesia, jualan indomie dan bakwan bukanlah sesuatu yang spesial. Tapi buat kami yang ada di luar negeri, hal ini merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan! Gimana engga, di saat kami diliputi kerinduan akan masakan Tanah Air, dibuat jungkir balik untuk masak dengan tenaga dan bahan seadanya, dan yang lebih pentingnya, keinginan kami untuk menunjukkan kalau Indonesia itu hebat, keren, makanannya enak, ramah, dsb dsb ini membuat kami lebih merasa seperti sebuah kesatuan. Rasa kekeluargaan jadi lebih terasa, dan pastinya kami jadi terhari ketika ada yang memuji Indonesia. Tambah lagi kami (setidaknya, saya) jadi semakin sadar kalau makanan Indonesia itu emang paling TOPBGT, hahaha :D

2 comments:

  1. hallo..

    salam kenal kak ^^
    saya mau tanya, bagaimana cerita kakak pas pertama kali lulus di SNU?? gimana cara daftarnya? saya mau kuliah di sana.. :)
    kalau boleh tau.. bagi-bagi dong kak informasi tentang beasiswa korea..
    aku pengennya masuk di fakultas kesenian, mau ambil departement of voice..
    tapi aku bingung kak cari nya semuanya bahasa korea.. :(
    kalau kakak tau di bagi infonya ya! :p

    terima kasih.. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, salam kenal juga! Kalau mau tahu informasi seputar beasiswa di Korea, mungkin Facebook page ini bisa membantu: http://www.facebook.com/beasiswa.korea

      Di-like saja, dan semoga ada informasi beasiswa yang diinginkan. Good luck!

      Delete