Tentang Saya

My photo
Seoul, 서울특별시, South Korea
Seorang bocah penggemar balapan Formula 1 dan sepak bola, sedari kecil menyukai dunia penerbangan dan terbang dengan pesawat. Saat ini sedang menunaikkan misi pendidikan sarjana di Seoul National University, Korea Selatan, dengan jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea. Memiliki ketertarikan pada fotografi dan wisata, juga bermimpi untuk bisa keliling dunia, baik sebagai seorang backpacker dengan dana secukupnya dan juga sebagai seorang high-end traveller berduit segudang.

Sunday, May 1, 2011

Tujuh Belas Tahun Setelah Kepergian Ayrton Senna

Ayrton Senna
Hampir dua dekade silam, tepatnya pada tanggal 1 Mei 1994, ratusan ribu atau bahkan jutaan pasang mata menyaksikan sebuah kehilangan besar di dalam dunia balap mobil Formula 1. Sebuah kejadian menyedihkan yang menjadi awal perubahan besar-besaran dalam ajang kebut-kebutan terakbar di dunia tersebut. Ayrton Senna da Silva, atau lebih dikenal sebagai Ayrton Senna, peraih juara dunia Formula 1 tiga kali, salah seorang grand grand master yang didaulat banyak orang sebagai pembalap Formula 1 terhebat sepajang masa, dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan fatal di sirkuit Imola (Autodromo Enzo e Dino Ferrari) pada perhelatan Grand Prix San Marino, Italia, Minggu, 1 Mei 1994. Kematian sang juara ditangisi tidak hanya oleh jutaan penggemar Formula 1 saja, tapi juga oleh warga Brazil yang telah menganggap Senna sebagai pahlawan negaranya. Lebih menyedihkan lagi, sehari sebelumnya pada babak kualifikasi GP San Marino (Sabtu, 30 April 1994) pembalap Formula 1 asal Austria Roland Ratzenberger dari tim Simtek juga mengalami kecelakaan fatal di sirkuit yang sama di lokasi yang tak lebih jauh dari 1000 meter dari tempat kecelakaan Senna. Ratzenberger mengalami cedera pecah tulang tengkorak setelah mobil yang dikendarainya menghajar tembok tikungan Villeneuve dalam kecepatan 314 km/h. Pada akhirnya, kepergian Senna dan Ratzenberger ini menjadi tonggak awal perubahan besar-besaran dalam dunia Formula 1 modern, khususnya dalam bidang keamanan balap mobil tersebut.

Lokasi kecelakaan
Autodromo Enzo e Dino Ferrari atau yang lebih dikenal dengan sirkuit Imola di San Marino pada saat itu merupakan sirkuit yang berkarakter low-downforce alias sirkuit cepat di mana pembalap bisa memacu tunggangannya pada kecepatan yang sangat tinggi. Dengan kondisi sirkuit yang sudah uzur dengan banyak aspal yang tidak halus dan minimnya perangkat keamanan di sirkuit, ditambah banyaknya tikungan cepat yang sempit, kecelakaan hebat di sirkuit tersebut sudah menjadi hal yang biasa. Namun, hal yang menambah masalah adalah dengan kondisi sirkuit yang seperti itu dan sistem keamanan mobil F1 yang saat itu bisa dibilang rapuh, kecelakaan yang bisa berakibat fatal pun menghantui pembalap kapan saja selama balapan berlangsung. Dan hantu tersebut pun tidak pilih kasih. Pembalap yang paling hebat saat itu pun tak luput menjadi salah satu korbannya.


Ayrton Senna, Williams FW16
Adalah pada lap ketujuh dalam balapan di Imola, mobil Williams FW16 yang dikendarai Senna melaju dalam kecepatan lebih dari 300km/h pada trek lurus setelah garis strat/finish dan bersiap memasuki tikungan right-handed supercepat bernama Tamburello (turn 1) dalam keadaan gas poll. Di tengah tikungan Tamburello itulah mobil Senna terlihat mengalami understeer (keadaan mobil tidak bisa dibelokkan) hebat dan keluar trek dalam kecepatan 310 km/h. Mobil Senna menyusuri gravel (pasir di pinggir trek) dan tak sampai sekedip mata bagian depan mobilnya menghajar pagar beton dalam kecepatan 218km/h yang mengakibatkan sisi kanan mobil hancur berkeping-keping, termasuk ban depan dan ban belakang kanan mobil terlepas dan mental ke tengah trek. Mobil Senna juga terpental hingga lebih dari 100 meter dari tempat dia menabrak tembok pembatas sebelum akhirnya berhenti dan meninggalkan Senna tak bergerak di dalam kokpit.

Setelah tim medis datang dan mengeluarkan tubuh Senna dari dalam kokpit, jelaslah cedera mengerikan yang dialami Senna. Sepertinya ketika menabrak tembok, roda depan kanan mobilnya lepas dan terbang tepat menghantam bagian depan helm Senna. Benturan amat keras dari roda tersebut mengakibatkan pecahnya tulang tengkorak sang pembalap. Lebih mengerikannya lagi, batang suspensi yang ikut menempel pada saat roda terlepas menembus kaca helm Senna dan melubangi dan menghancurkan keningnya. Senna pun kehilangan sangat banyak darah akibat cedera tersebut. Dan katanya, ketika tim medis melepas helm Senna, mereka menemukan banyak ceceran otak di dalam helmnya! Tidak cuma itu, ceceran otak pun keluar dari hidungnya! (ngeri abis!) T_T

Saat terjadi benturan

Sekejap mata setelah benturan

Mobilnya terlempar kembali ke trek
Kondisi mobil setelah kecelakaan

Tim medis mengerubungi jasad Senna

Keadaan helm di bagian yang tertembus batang suspensi

Batang suspensi yang menjadi "tersangka"

Senna tak mungkin selamat setelah mengalami cedera mengerikan seperti itu. Prof. Sidney Watkins sebagai kepala tim medis yakin kalau Senna meninggal di tempat, namun para tim medis menyatakan Senna meninggal ketika tiba di rumah sakit setelah diterbangkan dari trek dengan helikopter. Senna pernah berkata pada suatu kesempatan,

"If I ever happen to have an accident that eventually costs me my life, I hope it is in one go. I would not like to be in a wheelchair. I would not like to be in a hospital suffering from whatever injury it was. If I’m going to live, I want to live fully, very intensely, because I am an intense person. It would ruin my life if I had to live partially."

Sepertinya kematian seperti inilah yang memang diinginkan Senna. Kematiannya benar-benar "in one-go". Dan kalaupun Senna berhasil bertahan hidup setelah kecelakaan seperti itu, 99% kemungkinan dia akan hidup dalam cacat parah seumur hidup, dan Senna tidak akan senang dengan hidup seperti itu.

Ratzenberger setelah kecelakaan
Yang jelas, kematian Senna (dan Ratzenberger) membuat Formula 1 berubah menjadi ajang balapan tercepat dan teraman di dunia. Kematian Ayrton Senna merupakan kematian pembalap F1 terakhir setelah 17 tahun ini berlalu. Pembalap yang mengalami kecelakaan hebat pun hampir semuanya bisa lolos dari cedera parah dan bisa membalap kembali. Bandingkan dengan era sebelum 1994, di mana kecelakan hebat berkemungkinan besar mengalami cedera parah.

Walaupun sistem keamanan baru diterapkan setelah adanya korban jatuh (hiks), sulit dibayangkan jika peningkatan sistem keamanan mobil terlalu telat diterapkan. Mungkin korban yang jatuh akan lebih banyak dan kematian yang sia-sia pun akan bertambah. Yah, amannya balapan Formula 1 pada saat ini bisa dibilang "berkat" kepergian Senna, it's sad to say, but that's the fact and I think we should also thank Senna for this T_T Oh iya, di samping itu, keamanan di sirkuit F1 pun langsung dibenahi. Sirkuit F1 modern sudah banyak dilengkapi dengan tire-barrier (dinding ban) sehingga bisa mengurangi "bantingan" saat terjadi benturan.

Berikut ini adalah video kecelakaan yang dialami Robert Kubica pada perhelatan F1 Grand Prix Kanada 2007.

Kecelakaan yang dialami Kubica bisa dibilang cukup hebat, tapi Kubica berhasil selamat hanya dengan cedera pergelangan kaki dan memar, thanks to very much improved safety in Formula 1, yang dimulai besar2an setelah kejadian tragis GP San Marino 1994. Semoga saja Senna benar-benar menjadi pembalap terkahir yang pergi karena kecelakan pada saat balapan. Thank you, Champion, thank you Ayrton Senna.


_________________________________
Video yang menampilkan saat-saat sebelum dan sesudah terjadinya kecelakaan Ayrton Senna:

Video kecelakaan Roland Ratzenberger: Youtube, 30 detik.
Foto Roland Ratzenberger ketika ditandu. Kalau Anda engga kuat ngelihat darah atau engga kuat melihat gambar2 orang luka parah, sebaiknya jangan diklik.

Anyway, hanya ada satu orang yang memiliki foto teakhir Senna pascakecelakaan. Dia adalah seorang fotografer, saya lupa namanya. Dia telah menyatakan untuk tidak akan mem-publish foto tersebut kepada umum.

Referensi: Death of Ayrton Senna, Wikipedia.

 

No comments:

Post a Comment