1. Before Takeoff in Incheon
2. Air India Flight Review
3. Going to Tsim Sha Tsui, Kowloon
4. Chungking Mansion
5. Hostel Check In
6. First Night in Hong Kong
Dari hari Rabu, saya menginap di flat sahabat saya di Incheon karena berangkat ke Incheon International Airport akan lebih dekat dari sana dibandingkan kalau saya berangkat dari Seoul, apalagi kalau dari asrama yang notabene mesti turun gunung dulu naik bus, sambung naik metro line 2, transfer ke line 1 to Incheon, naik bus lagi dan bla bla bla-nya itu di pagi hari = malesin banget. Akhirnya dari hari Rabunya saya udah pinjem koper kecil ke teman, packing, dan malamnya berangkat ke flat teman saya itu di daerah Inha University, engga jauh2 amat dari airport. Teman2 yang tiga lainnya juga pada tinggal di dekat sana, jadinya bisa berangkat bareng naik taksi ke bandara.
Kami berempat ke HK "diantar" oleh maksapai nasional India -- Air India -- dengan flight jam 14.15 waktu Korsel. Sebelum berangkat, kami ngecek kondisi cuaca di HK untuk seminggu kedepan, dan di hari kedatangan kami HK diramalkan akan diguyur hujan dan setelahnya akan cerah sampai tanggal 5 Juli. Huff, untung deh, kalau hujan pasti gak enak karena ribet dan ada kemungkinan bikin jadwal berantakan.
Akhirnya kami berangkat dari Inha Univ naik taksi ke airport jam 11 lewat dikit. Naik taksi dari Inha Univ ke bandara butuh waktu sekitar 20 menit, via Incheon Bridge yang baru dibangung, menghubungkan kota Incheon bagian barat langsung ke pulau bandara. Ongkosnya kami bagi rata berempat. Di perjalanan, saya inisiatif ngecek www.flightstats.com buat cari tahu tentang flight kami, dan yang saya dapatkan adalah berita buruk: pesawat Air India itu delayed 3 jam waktu transit di Hong Kong Airport, and this could have ruined our 1st day plan.
Sampai bandara, kami langsung ke check in counter section H, dan di sana antrean check in untuk flight kami (AI 317) mengular. Jiaaaah. Ya sud kami line up di antrean, dan memang di check in counter Air India itu diumumin kalau boarding di-delayed hingga pukul 16:00. Selagi nunggu antrean, saya dan dua teman lain (satu orang tetep di antrean) pergi nukerin duit ke money changer terdekat. Setelah 30~40 menitan ngantre, akhirnya tiba giliran kami check in. Saking banyaknya yang ngantre, check in counter buat first class pun dibuka untuk penumpang economy class, dan kami check in di sana.
Cruising on Incheon Bridge |
Akhirnya kami berangkat dari Inha Univ naik taksi ke airport jam 11 lewat dikit. Naik taksi dari Inha Univ ke bandara butuh waktu sekitar 20 menit, via Incheon Bridge yang baru dibangung, menghubungkan kota Incheon bagian barat langsung ke pulau bandara. Ongkosnya kami bagi rata berempat. Di perjalanan, saya inisiatif ngecek www.flightstats.com buat cari tahu tentang flight kami, dan yang saya dapatkan adalah berita buruk: pesawat Air India itu delayed 3 jam waktu transit di Hong Kong Airport, and this could have ruined our 1st day plan.
Antrean penumpang di depan counter check in |
Sampai bandara, kami langsung ke check in counter section H, dan di sana antrean check in untuk flight kami (AI 317) mengular. Jiaaaah. Ya sud kami line up di antrean, dan memang di check in counter Air India itu diumumin kalau boarding di-delayed hingga pukul 16:00. Selagi nunggu antrean, saya dan dua teman lain (satu orang tetep di antrean) pergi nukerin duit ke money changer terdekat. Setelah 30~40 menitan ngantre, akhirnya tiba giliran kami check in. Saking banyaknya yang ngantre, check in counter buat first class pun dibuka untuk penumpang economy class, dan kami check in di sana.
Check In First Class :P |
Seat yang kami dapatkan adalah 36J-K dan 37J-K. Saya dapet di 36J, dan itu bukan di window!! Karena saya pingin duduk di window seat, akhirnya saya memelas minta tukeran sama temen yang duduk di 37K :P Gak lupa juga, si Air Nehi2 ini memberikan kompensasi ke penumpang karena keterlambatan dengan memberikan voucher makan senilai 10,000 won ke masing2 penumpang untuk makan di restoran yang sudah ditentukan. Kebetulan nih kami belum makan siang. Dengan perut keroncongan akhirnya kami ke restoran di lantai B1 airport dan makan di Food on Air Restaurant. Saya pesen ramen dan sushi seharga 12,000 won. Lumayan cuma bayar 2,000 perak buat makan enak dan banyak gitu, hehehe.
Satu set ramen hanya seharga 2,000 won |
Selesai makan kami langsung masuk ke departure terminal, cap sana cap sini lewatin imigrasi, dan langsung ke satellite terminal naik shuttle train bawah tanah. Sampai departure terminal-nya, saya mengahbiskan waktu sambil foto2 beberapa pesawat yang lagi parkir di sana. Delayed 2 jam lebih itu pun jadi engga terlalu membosankan.
Delayed T_T |
We're heading for gate 123 |
Pesawatnya belum datang |
Hasil berburu; So lucky to meet the latest A380 built so far |
Menjelang jam 4 sore (waktu boarding), pesawat pun masih belum datang, dan kami rasa kami baru bisa boarding jam 5-an. Kami udah pesimistis kalau jadwal Day 1 kami bakal berantakan. Gak lama setelah terduduk lemas, saya pun melihat refleksi pesawat bercorak merah-putih-oranye di jendela terminal, dan tadaaaaa! Setelah menunggu 2 jam lebih, jam 4 kurang si pesawat Air Nehi2 yang telah dinantikan itu akhirnya sampai.
Nama pesawatnya Mizoram (sebuah provinsi di India timur laut), nomor registrasinya VT-ALS, tipenya Boeing 777-300ER (jenis favorit saya).
Dan jam setengah 5-an akhirnya kami diizinkan untuk boarding. Ngantre bentar buat masuk pesawat, dan akhirnya saya duduk manis di seat 37K, tepat di belakang sayap. Kondisi pesawat masih agak berantakan degan beberapa sampah dan selimut masih ada yang belum diberesin. Wajarlah, dalam 30 menit penumpang bisa turun-naik sekaligus. Plus saya udah tahu duluan kalau Air India itu maskapai dengan rate 3-star (Garuda Indonesia 4-star lho!), jadinya saya gak terlalu berharap banyak dari servis maskapai ini.
Menuju landasan pacu |
Jam 5 lewat kami akhirnya departed, pesawat melaju menuju runway 15L, dan takeoff sekitar setengah 6 kurang waktu Korsel. Kami pun memulai perjalanan menuju HK yang berdurasi 3 jam lebih.
Btw waktu pesawatnya takeoff, seperti biasa saya merekam videonya. Enjoy the first ever Air India Incheon Takeoff Video uploaded to Youtube! :D
Takeoff! |
Bye, Incheon! |
Btw waktu pesawatnya takeoff, seperti biasa saya merekam videonya. Enjoy the first ever Air India Incheon Takeoff Video uploaded to Youtube! :D
Langit Incheon emang mendung, dan sepanjang perjalanan di ketinggian 37,000 kaki, saya membiarkan jendela tertutup karena matahari pas ada di barat (jendela saya menghadap barat), jadi silau banget. Sepanjang perjalanan yang terlihat hanya lautan awan di bawah sana.
Setengah jam setelah takeoff, makanan pun disajikan. Menunya: ikan atau vegetarian meal. Pas pramugarinya (tentunya wanita India, hehe) nawarin ke saya, "Excuse me, Sir. Do you want fish or vegetarian meal?" dan saya jawab, "vegetarian meal, please". Terus dia langsung jawab kalau vegetarian mealnya sudah habis. Yah kalau gitu engga usah tanya atu Mbak, hehehe. Untungnya fish, dan enak, jadinya saya gak protes dan makan dengan tenang dan lahap sampai ludes bersih tak bersisa, hehe.
On board meal. Enyaak :D |
Btw, in-flight entertainment (IFE) di Air India kayanya kurang OK, dan pas coba nonton satu film, suaranya gak kedengeran gitu. Volume udah to the max, dan suaranya kalah sama suara bising mesin jet di luar. Entah headset-nya yang gak OK atau memang kualitas IFE-nya yang cupu, yang jelas gara2 itu akhirnya saya cuma melototin layar monitor di depan yang menampilkan map and flight data. Saya gak bisa tidur kalau naik pesawat, hehehehe.
Baru 1/4 Jalan |
Penampakan Gerbong Ekonomi AI317 B77W |
Jam 7 waktu Hong Kong (jam 8 waktu Korsel, jam 6 WIB), pesawat kami akhirnya mulai mengurangi ketinggian dan terlihatlah pemandangan pulau2 di Laut Cina Selatan. Sepuluh menit sebelum waktu mendarat, langit di luar udah mulai gelap dan berawan. Akhirnya pukul 19:28 HK time kami mendarat dengan selamat di HKIA yang basah karena hujan. Perjalanan udara selama 3 jam lebih dengan Air Nehi2 pun berakhir.
Seconds before touch down on HKIA |
Touch Down! |
Brake! Brake! |
Seperti waktu takeoff, pas landing saya juga ngerekam prosesi penting dan kritis dalam sebuah flight. Monggo dinikmati dengan segelas kupi ^^
HK udah gelap jam segitu, dan kami mulai ragu apakah kami masih sempat untuk keliling2 Kowloon malam itu. Apalagi hujan turun. Yowislah, kami akhirnya ke imigrasi, ngatre 15-20 menit, cap sana sini, dan resmilah kami masuk HK! Yeeeey! Btw sebelum ngantre di imigrasi, ada check point gitu buat razia orang2 dengan suhu tubuh tinggi gitu. Dan SAYA KENA! Jiaaaaaah. Dari 4 orang, cuma saya doang yang diukur suhunya, dan si mbak2 ukur suhu itu bilang, "I think you got a fever."
WHAT THE? Saya udah takut aja bakal dikarantina dan gak boleh masuk HK, hahaha. Terjadi perdebatan kecil, saya bilang, "Euh, I feel good. I don't think that I'm sick." Dia bilang, "But your temperature is a bit high". Tadinya saya mau bilang, "Of course. I'm so hoootthh, my babe, don't you know that?!", tapi karena takut dicolok pakai termometer akhirnya saya cuma bilang, "Well, I guess I'm a bit lack of water." Yeah, selama flight pramugari Air Nehi2 itu gak nyediain air kecuali pas makan. Pas dipanggil gak dateng2. Di Incheon pun cuma minum sedikit, ya wajarlah suhu jadi agak naik ditambah dengan segala macam excitement sayah. Setelah saya bilang gitu, si-mbak-ukur-suhu mikir dikit, dan kali ini bilang, "A bit fever laah", wahahahahaha, tetep gak mau kalah dia. Akhirnya saya bilang, "Well, I guess a bit rest after flight will make it better. Can we go now?" Dan akhirnya saya "dibebaskan". Heaaaah, deg2an dah, hahahaha.
Anyway, setelah imigrasi beres, kami ambil bagasi, foto2, dan cari shuttle bus buat ke donwtown. Sampai luar hawa gerahnya HK udah kerasa, lebih panas dari Seoul. Malam itu hujan tapi tetep aja gerah. Lebih parah dari Jakarta sepertinya, hehe. Tujuan kami adalah Chungking Mansion di Tsim Sha Tsui, Kowloon. Dan pilihan transportasi dari bandara ke sana ada empat macam:
4. Naik taksi. Silakan pertimbangkan sendiri, hehehehe :P
Dari bandara kami naik airport bus nomor A21 menuju Chungking Mansion di Tsim Sha Tsui, Kowloon Peninsula. Fare-nya HKD33 sekali jalan. Sebelum naik bus, kami lupa beli Octopus Card (transport card). Dan duit kami itu pecahannya 50-an sama 100-an karena baru nuker. Sopir busnya gak punya kembalian katanya, dan mau gak mau kami nuker duit ke penumpang bus yang lain. Euh. Untung aja ada satu kakak cantik yang punya duit kecil, dan dia dengan senang hati mau nuker duit dengan kami. Huff.
1. Naik Bus+MTR. Rutenya adalah naik bus nomor S1 dari aiport menuju Tung Chung MTR Station, dan dari Tung Chung sambung naik MTR sampai ke Lai King. Di Lai King transfer ke line menuju Tsim Sha Tsui. Waktu tempuhnya kurang lebih 1 jam, dan ongkos yang dikeluarkan sekitar $17. Perfect option buat traveler yang mau menghemat budget, punya banyak waktu, dan sedikit barang bawaan. Worst option buat traveler yang lagi gak fit, punya duit segepok, dikejar waktu, dan barang bawaan segambreng.
2. Naik airport bus. Bayar $33, duduk manis selama 40~60 menit (tergantung kondisi lalu lintas), dan diantarkan langsung sampai Kowloon. Gak terlalu OK buat low budget traveler, tapi bisa jadi pilihan bagus kalau engga mau repot. Second option buat low budged travelers dan high-end travelers.
3. Naik airport express train. Kalau gak salah sekali jalan itu kena $90-an, tapi cuma butuh waktu 20 menit untuk sampai ke Kowloon. Best option kalau Anda sedang diburu waktu tapi punya banyak duit dan barang bawaan :)
Dari bandara kami naik airport bus nomor A21 menuju Chungking Mansion di Tsim Sha Tsui, Kowloon Peninsula. Fare-nya HKD33 sekali jalan. Sebelum naik bus, kami lupa beli Octopus Card (transport card). Dan duit kami itu pecahannya 50-an sama 100-an karena baru nuker. Sopir busnya gak punya kembalian katanya, dan mau gak mau kami nuker duit ke penumpang bus yang lain. Euh. Untung aja ada satu kakak cantik yang punya duit kecil, dan dia dengan senang hati mau nuker duit dengan kami. Huff.
Suasana di HKIA |
Salah satu contoh Airport Shuttle Bus |
Nungguin Bus A21 |
Tips 1:
Langsung beli Octopus Card begitu sampai di bandara. It's a must kau gak mau ribet ngitungin setiap dolar dan cent buat bayar bus/MTR. Harganya $150, dan sudah terisi kredit sebesar $100. Trus $47-nya bisa di-refund kalau kartunya dibalikin ke mesinnya. Dan $3-nya itu charge-nya. Kredit bisa di-top-up di Seven Eleven atau di stasiun MTR.
Bus double-decker A21 kami melaju pelan melalui Lantau Island, menuju Kowloon. Sepanjang jalan, saya takjub banget sama HK ini. Taksi berwarna merah berjejer di mana2 sebagai raja jalanan, didampingi oleh banyak bus tingkat. Plang2 neon bertuliskan nama2 toko melintang sekian meter di atas jalan raya. Gedung2 tinggi mengapit jalan-jalan sempit yang dipenuhi banyak pejalan kaki. Kesan pertama: sumpek. Di Korea udah terbiasa dengan jalan2 lebar dan pejalan kakinya gak sebanyak itu. api ada satu hal yang membuat saya bilang "wah": perpaduan kesemrawutan dengan lampu2 terang benderang dan gedung2 tinggi seperti itu belum pernah saya rasakan sebelumnya. Semrawut tapi keren!
Penampakan Octopus Card |
Bus double-decker A21 kami melaju pelan melalui Lantau Island, menuju Kowloon. Sepanjang jalan, saya takjub banget sama HK ini. Taksi berwarna merah berjejer di mana2 sebagai raja jalanan, didampingi oleh banyak bus tingkat. Plang2 neon bertuliskan nama2 toko melintang sekian meter di atas jalan raya. Gedung2 tinggi mengapit jalan-jalan sempit yang dipenuhi banyak pejalan kaki. Kesan pertama: sumpek. Di Korea udah terbiasa dengan jalan2 lebar dan pejalan kakinya gak sebanyak itu. api ada satu hal yang membuat saya bilang "wah": perpaduan kesemrawutan dengan lampu2 terang benderang dan gedung2 tinggi seperti itu belum pernah saya rasakan sebelumnya. Semrawut tapi keren!
Traffic jam di daerah Prince Edward |
Kami turun di halte Tsim Sha Tsui (Nathan Road) setelah 40 menitan lebih perjalanan bus, dan langsung cari2 Chungking Mansion. Untung di downtown gak hujan. Anyway, begitu turun bus, kami langsung dikelilingi oleh orang2 Asia Selatan dan Afrika yang nawarin penginapan, padahal kami udah booking satu hostel. Ditambah dengan jalur pedestrian yang kecil dan begitu banyaknya orang berlalu-lalang, "tangkapan2" (bener2 nangkep dan narik2 tangan lho!) orang India yang bilang, "C'mon! Go to our guesthouse!" bikin saya jadi pusing. Hahahahaha. Belum saya mesti tetap saling merhatiin temen yang lain supaya gak kepencar dan masih buta arah bikin saya khawatir, hahaha. Tapi seru.
Chungking Mansion on the afternoon |
Tips 2:
Kalau nanti nginep di sini juga, stay cool aja kalau dikerubungin gitu. Kasih senyum dan bilang, "Sorry Brada, I've already booked a room and now I'm goin' there" dan ngeloyor aja :D Terus kalau mau tanya lokasi, jangan tanya mereka. Di dalam Chungking Mansion ada banyak pedagang kios gitu. Mending tanya pedangang itu karena kemungkinan "disesatkan"-nya lebih kecil. Jangan lupa udah mesti tau alamat beserta tempat hostelnya. Dan dalam keadaan darurat, cari orang HK berseragam biru bercelana hitam di sekitar sana. Itu polisinya :)
Ketemu sama Chungking Mansion, kami masuk dan keadaan di dalamnya gak ubahnya pasar2 yang ada di Glodok, hehehe. Bedanya kalau di Glodok banyak penjual beretnis Cina, di Chungking Mansion banyak banget orang Asia Selatan dan Afrika. Entah kenapa suasananya agak serem, hehe. Kami menuju blok D, tanya ke seorang pedagang gimana ke sananya, dan ditujukinlah sebuah lift. Anyway, dari turun bus sampai ngantri di lift pun orang2 India itu gaaaaaak berenti2nya nawarin penginapan. Kami tetep stick to the info given by our hostel owner. Btw lift di Chungking Mansion itu kecilnya minta ampun. Cuma muat 6~7 orang desak2an. Di lantai 1, liftnya dibagi dua: yang berhenti di lantai genap dan yang ganjil. Kami menuju lantai 7, jadi kami naik lift lantai ganjil. Sampai sana, masuk ke ruang check in, dan yang melayani adalah seorang Asia Selatan yang gayanya ogah2an dan cuek.
Ada jendela pecah, hehe |
Selesai check in, bayar penginapan untuk 5 malam dan langsung dianterin sama seorang asisten hostelnya yang lagi2 orang Asia Selatan. Tapi kali ini baik dan sopan. Orang yang menyenangkan :) Kami dianterin sama dia turun ke lantai 1, naik lift kecil lantai genap menuju lantai 10. Sampai sana dari luar kelihatan agak kumuh, tapi pas di dalamnya ternyata keren! Lantai dan tembok keramik bersih, di dalam kamar ada kamar mandi lengkap dengan water heater dan bersih putih mengkilap. Di kamar juga ada AC, kipas angin, cermin, springbed, wifi, dan TV! Wow! Ini hotel atau budget hostel sih? Hahahaha. Hostel kami itu per malam harganya $99 (tax included!), dan dengan fasilitas kayak gitu bener2 jauh dari perkiraan saya. Sayangnya di sana gak ada water dispenser, jadi mesti beli air di pedagang lantai bawah.
Lorong kamar kami |
Next, setelah taruh barang, cuci muka, dan sholat, waktu udah menunjukkan pukul 11 malam kurang. Karena lapar, kami memutuskan keluar cari makan sekaligus sight-seeing di Natahn Rd. Karena masih belum tau medan, kami cari yang aman2 aja: McD. Hahaha. Jauh2 ke HK malah makan McD :P Tapi berhubung perut udah gak mau kompromi lagi, akhirnya kami beli chicken burger set dengan kentang dan cola seharga $28. Lebih murah dari Korea bo! :D
Siap2 Duit |
Dinner Pertamax |
TIPS: Hong Kong Dollar (HKD) itu memiliki pecahan mulai dari 10 cents, $1, $2, $5, $10, $20, $50, $100, $500, dan yang terbesar $1,000. Rate-nya adalah $1 = kurang lebih Rp1,000. Ada tiga penerbit uang kertasnya, yaitu HSBC, Sandart Chartered, dan Bank of China. Semuanya sah sebagai alat pembayaran. Jangan kaget kalau warna dan corak uangnya agak berbeda walaupun nominalnya sama :D
Selesai "ngemil", kami ke stasiun MTR Tsim Sha Tsui, beli Octopus Card ($150), dan jalan ke harbour buat cari tahu tentang ferry ke Macau dan HK Island. Sayangnya, menjelang jam setengah 12 malam itu toko2 udah pada tutup, harbor pun juga udah tutup. Salisbury Road, di mana Museum of HK dan The Heritage 1881 terletak, juga udah sepi. Tadinya mau ke The Avenue of Stars, eh malah nyasar. Jadinya pulang aja, hahahaha. Berhubung badan agak capek, kami pulang dan istirahat. Sebelum tidur berembuk dulu besoknya mau ke mana naik apa jam berapa. Tadinya saya bikin plan kalau besoknya kami jalan ke HK Island dan The Peak, tapi pas liat ramalan cuaca kalau besok itu bakal cloudy seharian penuh, kami ganti jadwal, dan diputuskan untuk pergi ke Giant Buddha di Lantau Island, dekat dengan bandara.
Malam itu kami (saya) jam 1, lebih awal dari temen2 yang lain.
Selesai "ngemil", kami ke stasiun MTR Tsim Sha Tsui, beli Octopus Card ($150), dan jalan ke harbour buat cari tahu tentang ferry ke Macau dan HK Island. Sayangnya, menjelang jam setengah 12 malam itu toko2 udah pada tutup, harbor pun juga udah tutup. Salisbury Road, di mana Museum of HK dan The Heritage 1881 terletak, juga udah sepi. Tadinya mau ke The Avenue of Stars, eh malah nyasar. Jadinya pulang aja, hahahaha. Berhubung badan agak capek, kami pulang dan istirahat. Sebelum tidur berembuk dulu besoknya mau ke mana naik apa jam berapa. Tadinya saya bikin plan kalau besoknya kami jalan ke HK Island dan The Peak, tapi pas liat ramalan cuaca kalau besok itu bakal cloudy seharian penuh, kami ganti jadwal, dan diputuskan untuk pergi ke Giant Buddha di Lantau Island, dekat dengan bandara.
Subway in Tsim Sha Tsui |
Malam itu kami (saya) jam 1, lebih awal dari temen2 yang lain.
No comments:
Post a Comment